sapi metal

    Release time:2024-10-09 22:03:19    source:erek melahirkan   

sapi metal,klasmen liga 1 indonesia 2023,sapi metalJakarta, CNN Indonesia--

Sejumlah pejabat Indonesia tegas menolak platform e-commerce dari China, Temu, hadir di Indonesia. Mereka menilai keberadaan Temu bakal mengancam kelangsungan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Menteri Kominfo Budi Arie misalnya, menolak tegas aplikasi Temu karena menilai mereka dapat merusak ekosistem UMKM.

"Kita enggak akan kasih kesempatan. Masyarakat rugi, kan kita mau jadi ruang digital itu untuk membuat masyarakat produktif dan lebih untung, kalau membuat masyarakat rugi buat apa," kata Budi Arie di Kantor Kominfo, Jakarta, Selasa (1/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri UKM Teten Masduki juga khawatir UMKM akan terancam jika Temu masuk ke Indonesia. Teten bahkan khawatir Temu dampaknya akan lebih berbahaya dari Tiktok Shop.

Lihat Juga :
Apakah Aplikasi Temu Bisa Digunakan di Indonesia?

Pasalnya platform China tersebut dapat memfasilitasi perdagangan cross border atau dari luar negeri. Temu kemungkinan tetap bisa meloloskan seluruh produk China ke Indonesia.

"Ini yang saya khawatir ada satu lagi satu aplikasi digital, cross border yang saya kira akan masuk ke kita dan ini lebih dahsyat dari Tiktok (shop)," ujar Teten dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, pada Juni lalu.

Temu merupakan aplikasi e-commerce yang langsung menghubungkan antara penjual dan produsen.

Artinya tidak ada lagi barang yang melalui reseller, affiliator, dan pihak ketiga sehingga berbahaya bagi UMKM. Harga barang yang ditawarkan di aplikasi ini juga terlewat murah.

Lihat Juga :
Menkominfo Tegaskan Larang Aplikasi Temu: Bisa Hancur UMKM

Keberadaan mereka juga akan menghapus reseller dan affiliator atau pihak ketiga. Temu juga memungkinkan barang dari pabrik China masuk ke Indonesia dengan bebas.

Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada juga berpendapat negatif mengenai Temu, ia mengatakan jika Temu beroperasi di Indonesia maka UMKM akan terancam. Alasannya pun karena aplikasi ini menawarkan harga yang sangat murah.

"Kami mengindikasikan di beberapa kondisi mereka memberikan harga 0 persen. Di AS mereka sempat memberikan harga 0 persen. Jadi buyer hanya membayar ongkos kirim," kata Wientor dalam diskusi media di kantor Kemenkop UKM, Selasa (6/8). "Temu ini aplikasi jahat dari China. Yang kalau dibiarkan masuk UMKM kita pasti mati," tambahnya.

Saat ini Temu sedang mengurus izin operasionalnya di Indonesia, aplikasi tersebut mendaftar melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DKJI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Namun aplikasi tersebut ditolak karena merek bisnisnya sudah ada yang memakai di Indonesia.

Lihat Juga :
Aplikasi China Temu Sudah 3 Kali Coba Daftar di Indonesia Sejak 2022

Temu masih berusaha masuk ke Indonesia dengan mengajukan banding ke Kemenkumham. Meski demikian, model bisnis yang menghubungkan pabrik dengan konsumen secara langsung itu tidak sesuai dengan kebijakan perdagangan Indonesia.

Melansir dari laman resmi, Temu merupakan platform e-commerce yang memungkinkan pelanggan untuk menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesoris yang terhubung langsung pada 80 pabrik di China.

Temu didukung oleh perusahaan asal China PDD Holdings yang memiliki kantor pusat di Boston, Amerika Serikat.

Temu pertama kali diluncurkan tahun 2022 dan meraih kepopuleran dengan cepat di AS. Bahkan Temu menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play Store dengan jumlah unduhan mencapai 165 juta unduhan.

Lihat Juga :
Siapa Pendiri Temu, Aplikasi yang Disebut Teten Bahayakan UMKM RI?

Dengan jumlah unduhan yang begitu besar, Temu juga memiliki pengguna aktif yang banyak. Jumlah pengguna aktif Temu mencapai 167 juta orang setiap bulannya, bahkan pengguna Temu di AS setidaknya ada 50 juta pengguna.

Kepopuleran Temu di AS juga didukung oleh iklan, Temu telah menggelontorkan miliaran dollar untuk beriklan. The Wall Street Journal menyatakan perusahaan ini merupakan pengiklan terbesar kelima di AS pada kuartal keempat tahun 2023. Analis JP Morgan memperkirakan perusahana ini akan menghabiskan US$3 milliar untuk pemasaran di tahun 2024.

(wnu/dmi)