login angkah

    Release time:2024-10-08 00:07:54    source:chip hoki higgs domino   

login angkah,setan erek erek,login angkah

  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam kemarin, IHSg dan rupiah sama-sama menguat
  • Wall street kembali ditutup beragam di tengah wait and see pelaku investor menunggu data tenaga kerja
  • Data klaim pengangguran AS dan cadangan devisa akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin, Kamis (5/9/2024). Indeks Harga Saham Gabungan ditutup mendekati level psikologis 7.700, sementara rupiah mencapai posisi terkuat sejak awal tahun.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berpotensi bergerak fluktuatif pada hari ini di tengah sikap para pelaku pasar yang menanti rilis data ekonomi dari domestik maupun luar negeri, terutama Amerika Serikat.

IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (5/09/2024) terpantau sumringah, ditutup naik 0,11% pada level 7.681,04 dari penutupan hari sebelumnya.

Pada perdagangan kemarin nilai transaksi IHSG mencapai lebih dari Rp9,52 triliun dengan volume perdagangan mencapai 17,66 miliar lembar saham yang diperdagangkan lebih dari 1,2 juta kali.

Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 348 saham naik, 235 saham turun, dan 211 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi dan konsumer no-siklikal menjadi penopang utama sebesar 2,06% dan 1,23%. Sementara itu, saham penyokong utama IHSG adalah PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang menyumbang sebesar 8,04 dan 5,49 indeks poin.

Senada dengan IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut menguat. Melansir Refinitiv, rupiah ditutup pada posisi Rp15.395/US$, naik 0,48% dari harga penutupan hari sebelumnya. Apresiasi ini menandai posisi rupiah kembali ke level terkuatnya sejak awal tahun.

Baik pasar saham maupun Mata Uang Garuda menguat kala pasar tenaga kerja AS yang melemah dan semakin membuat pasar yakin bahwa suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve atau The Fed akan dipangkas pada bulan ini.

Data Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) AS mencatat jumlah lowongan kerja pada Juli 2024 turun ke level terendah dalam 3,5 tahun pada Juli 2024, hanya mencapai 7,673 juta, di bawah ekspektasi pasar sebesar 8,1 juta.

Bersamaan dengan turunnya penyerapan tenaga kerja maka rasio lowongan pekerjaan per pekerja yang tersedia kini menjadi kurang dari 1,1. Angka ini hanya, sekitar setengah dari rasio puncaknya yang lebih dari 2: 1 pada awal 2022.

Baca:
Enam Saham Ini Jadi Mesin Penghasil Uang, Cuan Tembus 100% Lebih

Turunnya jumlah lowongan kerja AS memicu kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi AS dan memberikan sinyal potensi penurunan suku bunga The Fed.

Pelemahan pasar tenaga kerja AS juga berdampak pada penurunan rasio lowongan pekerjaan terhadap pekerja, yang sekarang berada di angka 1,1, jauh lebih rendah dari puncaknya pada 2022.

Dengan semakin sedikitnya daya tarik investasi berbasis dolar AS, aliran modal asing diperkirakan akan menguntungkan aset-aset berdenominasi rupiah.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (5/9/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat anjlok ke posisi 6.62% dari perdagangan sebelumnya.

Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, mengakhiri perdagangan dengan beragam. Indeks Dow Jones dan S&P 500 melemah, sementara Nasdaq berhasil menguat. Pergerakan Wall Street yang beragam di tengah penantian data-data pekerjaan AS yang dapat menjadi arah kebijakan suku bunga oleh The Federal Reverse (The Fed).

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,54% di level 40.755,75 begitu juga dengan S&P 500 ditutup lebih rendah 0,30% di level 5.503,41. Sementara itu, Nasdaq ditutup menguat 0,25% di posisi 17.127,95.

Pasar Wall Street bergerak beragam, didorong oleh melemahnya data-data pekerja AS yang mendorong The Fed harus segera melakukan pemangkasan suku bunga untuk mendorong perekonomian AS dengan mulainya era suku bunga rendah.

Baca:
Harapan Pemangkasan Suku Bunga Makin Nyata, Wall Street Menghijau

Pada Rabu (4/9/2024), Laporan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) turun ke titik terendah sejak Januari 2021 atau 3,5 tahun pada Juli 2024. Kondisi ini menunjukkan pasar tenaga kerja sudah mendingin. Survei JOLTS menghitung lowongan kerja dan pemutusan hubungan kerja, termasuk jumlah pekerja yang secara sukarela berhenti dari pekerjaan.

Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan penyerapan lowongan kerja pada Juli mencapai 7,673 juta, lebih rendah dari 8,1 juta seperti ekspektasi pasar.

Kemudian data terbaru ADP, Jumlah pekerja swasta pada Agustus bertambah sebanyak 99.000, penambahan terkecil sejak 2021 dan jauh di bawah perkiraan.

Jumlah pekerja sektor swasta tumbuh pada laju terlemah dalam lebih dari tiga setengah tahun pada bulan Agustus, memberikan tanda lain dari pasar tenaga kerja yang memburuk, menurut ADP.

Perusahaan hanya mempekerjakan 99.000 pekerja untuk bulan tersebut, lebih rendah dari 111.000 yang direvisi turun pada Juli dan di bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 140.000.

Data dari perusahaan pemrosesan penggajian menunjukkan Agustus adalah bulan terlemah untuk penambahan pekerjaan sejak Januari 2021.

Adapun, menurut data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Kamis, jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim pengangguran turun 5.000 minggu lalu menjadi 227.000. Angka tersebut sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 231.000, sementara pembacaan minggu sebelumnya direvisi naik 1.000 dari 231.000 menjadi 232.000.

Rata-rata pergerakan empat minggu adalah 230.000, penurunan 1.750 dari rata-rata minggu sebelumnya yang direvisi.

Ekonomi AS menambah 114.000 pekerjaan pada bulan Juli, sementara tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% dari 4,1% pada bulan Juni.

Pergerakan IHSG dan  rupiah diprediksi akan lebih fluktuatif dengan beberapa kabar dari dalam negeri maupun luar negeri. Sentimen pasar hari ini akan datang dari data tenaga kerja AS hingga cadangan devisa (cadev).

Di tengah banyaknya daya, pasar keuangan Indonesia baik rupiah, saham, dan obligasi mendapat kabar baik yakni melemahnya dolar AS dan imbal hasil US Treasury. Dua faktor ini akan menjadi "senjata" bagi rupiah, saham, dan obligasi menghadapi akhir pekan penuh gejolak dan penuh dengan data ekonomi luar negeri.

Indeks Dolar dan Imbal Hasil US Treasury Jatuh
Indeks dolar AS jatuh ke 101,107 pada perdagangan kemarin, atau level terendahnya sejak 28 Agustus 2024.
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun juga melemah ke 3,73% atau terendah sejak 28 Juni 2023 atau lebih dari setahun terakhir.

Indeks dolar AS yang melemah menandai jika investor banyak yang tengah menjual dolar AS dan mengalihkan investasi ke instrument lain. Harapannya adalah ke rupiah.
Imbal hasil yang jatuh juga menjadi kabar baik bagi Indonesia karena ada kemungkinan investor yang mencari cuan lebih besar pindah dari AS ke Indonesia. Artinya, harapan inflow besar.

Komentar Pejabat The Fed Soal Pemangkasan Suku Bunga

Pelaku pasar berharap bank sentral The Federal Reserve (The Fed) perlu memangkas suku bunga untuk menjaga pasar tenaga kerja tetap sehat. Namun, Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan pemangkasan suku bunga tergantung pada data ekonomi yang berkembang.

Kesehatan pasar tenaga kerja, katanya, harus dipertahankan dan dilindungi, dan kita harus sangat berhati-hati bahwa jika kebijakan terlalu ketat, pasar tenaga kerja mungkin akan melambat. Namun sejauh ini, pasar tenaga kerja telah melemah tetapi masih sehat.

"Menurut saya, itu tidak diinginkan."kata Daly kepada Reutersdalam sebuah wawancara pada Rabu (4/9/2024).

Laporan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) turun ke titik terendah sejak Januari 2021 atau 3,5 tahun pada Juli 2024. Kondisi ini menunjukkan pasar tenaga kerja sudah mendingin. Survei JOLTS menghitung lowongan kerja dan pemutusan hubungan kerja, termasuk jumlah pekerja yang secara sukarela berhenti dari pekerjaan.

Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan penyerapan lowongan kerja pada Juli mencapai 7,673 juta, lebih rendah dari 8,1 juta seperti ekspektasi pasar.

Namun, bagi Daly, laporan tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja yang seimbang tetapi tidak lemah.

"Sulit untuk benar-benar menemukan bukti bahwa hal itu benar-benar goyah," katanya.

Upah tumbuh lebih cepat daripada inflasi dan para pekerja masih mencari pekerjaan. Dan sementara para pebisnis mengatakan kepada Daly bahwa mereka "berhemat" dalam perekrutan, mereka tidak "membersihkan buku panduan PHK mereka," katanya.

Data Pengangguran

Hari ini, Amerika Serikat (AS), akan mengumumkan data pengangguran untuk Agustus dan non-farm payrolls data untuk Agustus.
Sebagai catatan, tingkat pengangguran AS naik 4,3% pada Juli dari 4,2% pada Juni 2024. Pelaku pasar berekspektasi tingkat pengangguran akan ada di angka 4,3%. 
Sementara itu, penambahan non-farm payrolls mencapai 114.000 pada Juli 2024.

Jika angka pengangguran naik di atas ekspektasi maka harapan pemangkasan suku bunga akan membesar.

Data tenaga kerja ADP yang diumumkan Kamis menunjukkan jumlah pekerja swasta pada Agustus bertambah sebanyak 99.000, penambahan terkecil sejak 2021 dan jauh di bawah perkiraan. Laporan Tenaga Kerja Nasional ADP mengukur angka tenaga kerja sektor swasta non-pertanian.

Jumlah pekerja sektor swasta tumbuh pada laju terlemah dalam lebih dari tiga setengah tahun pada bulan Agustus, memberikan tanda lain dari pasar tenaga kerja yang memburuk.

Perusahaan hanya mempekerjakan 99.000 pekerja untuk bulan tersebut, lebih rendah dari 111.000 yang direvisi turun pada Juli dan di bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 140.000.

Data dari perusahaan pemrosesan penggajian menunjukkan Agustus adalah bulan terlemah untuk penambahan pekerjaan sejak Januari 2021.

Bergeser ke klaim pengangguran, AS mengumumkan data klaim pengangguran pada Kamis kemarin. Jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran menurun minggu lalu karena PHK tetap rendah, membantu meredakan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja sedang memburuk.

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran AS turun 5.000 menjadi 227.000 yang disesuaikan secara musiman untuk minggu yang berakhir 31 Agustus, level terendah sejak awal Juli. Pelaku pasar memperkirakan 230.000 klaim untuk minggu terakhir.

Klaim telah melonjak di sekitar 230.000 sejak turun dari level tertinggi 11 bulan pada akhir Juli karena distorsi musiman dari industri otomotif dan Badai Beryl mereda. Klaim yang belum disesuaikan turun 3.352 menjadi 189.389 minggu lalu, dengan peningkatan yang cukup besar di Massachusetts lebih dari diimbangi oleh penurunan di Texas, New York, dan tempat lain.

"Mungkin ada beberapa musim yang meningkatkan klaim di awal musim panas, dan itu, seperti klaim tahun lalu, bisa menurun pada akhir Agustus dan hingga September kecuali jika terjadi penurunan yang lebih serius di pasar tenaga kerja," kata Abiel Reinhart, ekonom di JP Morgan.

Bank Sentral Eropa Akan Kembali Pangkas Suku Bunga

Bank Sentral Eropa diproyeksi akan memangkas suku bunga simpanannya sebesar 25 basis poin pada 12 September dan sekali lagi pada Desember, menurut mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

Hampir 85% ekonom, 64 dari 77, meramalkan ECB akan menurunkan suku bunga deposito sebesar 25 bps minggu depan dan sekali lagi pada bulan Desember, sehingga suku bunga deposito menjadi 3,25%.

Meskipun inflasi turun menjadi 2,2% pada bulan Agustus, yang merupakan angka terendah dalam tiga tahun, dan pertumbuhan upah yang melambat telah memberikan lampu hijau bagi ECB untuk melakukan pelonggaran lagi minggu depan, para ekonom telah mempertahankan pandangan mereka sejak April tentang total tiga pengurangan tahun ini. Pasar memperkirakan hampir empat pemotongan.

Menantikan Cadangan Devisa Indonesia

Pada Jumat (6/9/2024), Bank Indonesia (BI) akan merilis Cadangan Devisa Indonesia periode Agustus 2024. Posisi cadangan devisa Indonesia terus menunjukkan tren positif.

Sebelumnya, BI melaporkan bahwa pada akhir Juli 2024, cadangan devisa mencapai angka yang menggembirakan, yakni US$145,4 miliar. Angka ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$140,2 miliar.

Kenaikan cadangan devisa ini didorong oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah keberhasilan penerbitan sukuk global pemerintah.

Penerbitan sukuk ini tidak hanya berhasil menghimpun dana segar bagi negara, tetapi juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia di mata dunia. Selain itu, penerimaan pajak dan jasa yang membaik juga turut berkontribusi pada peningkatan cadangan devisa.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

* Konferensi pers virtual RDK Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (1400 WIB)  

• Cadangan Devisa Indonesia periode Agustus 2024 (11.00 WIB)

• Tingkat pengangguran AS periode Agustus 2024 (19.30 WIB)

• Ketenagakerjaan Non-Pertanian AS periode Agustus 2024 (19.30 WIB)

• Pidato Anggota FOMC William (19.45 WIB)

• Pidato The Fed Waller (22.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• RUPSLB - PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Next Page Wall Street Ditutup Beragam di Tengah Wait & See Investor
Pages Next