idtoto4d

    Release time:2024-10-07 23:39:51    source:mega389 login   

idtoto4d,jeparatoto online,idtoto4dJakarta, CNN Indonesia--

Tiga mantan perdana menteri Israel 'mengeroyok' PM Benjamin Netanyahu menyusul agresi militer ke Jalur Gaza, Palestina, yang pecah sejak 7 Oktober lalu.

Dua dari pendahulu Netanyahu tersebut bahkan menuntut Bibi, sapaannya, untuk mundur dari jabatan.

Lihat Juga :
Menteri Israel Ancam Ubrak-abrik Pemerintah Jika Agresi Gaza Berhenti

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menilai "Netanyahu harus mundur sebelum konsekuensi dari kekurangannya menjadi tidak dapat diubah".

Dia juga menyerukan pembentukan pemerintah persatuan nasional "tanpa Netanyahu dan ekstremis kanan" di dalamnya.

Seruan Barak ini serupa dengan tuntutan eks PM Israel lain yakni Yair Lapid. Lapid, yang kini menjadi oposisi Israel, sempat menyebut Netanyahu telah kehilangan kepercayaan publik setelah kecolongan menghadapi gempuran Hamas pada 7 Oktober lalu.

Lihat Juga :
Tak Ada Hubungan Diplomatik, Kenapa Qatar Bisa Mediasi Israel-Hamas?

[Gambas:Video CNN]

"Netanyahu tidak bisa tetap menjadi Perdana Menteri Israel. Kita memerlukan pemerintahan untuk pemulihan nasional. Dia harus mundur sekarang," kata Lapid seperti dikutip CNN, Rabu (15/11).

"Kita tidak bisa membiarkan diri kita memiliki perdana menteri yang kehilangan kepercayaan publik, baik dari sudut pandang sosial maupun keamanan," katanya lagi, dalam wawancara dengan Channel 12 Israel.

Menurut Lapid, pemerintahan Israel saat ini tidak benar-benar berfungsi. Justru yang melakukan berbagai hal dengan benar adalah lembaga pertahanan Israel.

"Kita perlu mengubah pemerintahan," tegasnya.

Meski demikian, Lapid juga menyebut saat ini bukan waktu yang tepat untuk menggelar pemilihan umum. Alih-alih itu, tindakan terbaik bagi Partai Likud Netanyahu adalah menggulingkan pemimpin veteran tersebut dan menggantinya dengan tokoh lain di partai itu.

Lihat Juga :
Qatar Tampung Hamas dan Pangkalan Militer AS, Kini Mediator di Gaza

Eks PM Israel lainnya, Ehud Olmert, juga melontarkan kritik tajam kepada Netanyahu atas konflik yang sedang berlangsung di Gaza.

Olmert mengatakan Netanyahu telah "hancur secara emosional" karena gagal mempertahankan keamanan nasional imbas serangan Hamas.

Olmert juga menganggap Netanyahu telah salah perhitungan menanggapi gempuran Hamas dan soal ambisinya mengontrol penuh keamanan di Jalur Gaza.

Dia bahkan mengklaim Netanyahu sedang stress berat karena tekanan publik dan oposisi yang mendesaknya mundur dari jabatan.

Pilihan Redaksi
  • RI Dorong Mahkamah Internasional Adili Israel karena Genosida di Gaza
  • Hewan di Kebun Binatang Gaza Telantar Sampai Mati Gegara Agresi Israel
  • Hari Ini Batas Akhir Gencatan Senjata Israel-Hamas, Akan Diperpanjang?

[Netanyahu] telah menciut. Dia hancur secara emosional, itu sudah pasti. Maksud saya, sesuatu yang buruk tengah terjadi padanya. Bibi [sapaan akrab Netanyahu] telah bekerja sepanjang hidupnya dengan mempercayai alasan palsu bahwa dia adalah Mr. Security. Dia Mr. Bullshit," kata Olmert dalam wawancaranya dengan Politico.

"Setiap menit dia berperan sebagai perdana menteri, setiap menit pula dia membahayakan Israel. Saya serius. Saya yakin Amerika mengerti bahwa dia [Netanyahu] dalam kondisi yang buruk," paparnya menambahkan.

Sebuah jajak pendapat pada awal November menunjukkan bahwa mayoritas atau 76 persen warga Israel ingin agar Netanyahu mundur dari jabatan.

Beberapa jajak pendapat pada bulan lalu juga menunjukkan Netanyahu bakal kalah jika pemilihan umum digelar saat ini.

Pada sebuah survei pertengahan Oktober lalu, terlihat bahwa mayoritas warga Israel percaya kegagalan mencegah serangan Hamas memperlihatkan "bencana kepemimpinan" di tangan Netanyahu.

Dua pertiga responden bahkan mendesak siapa pun untuk mengganti Netanyahu sebagai PM Israel.

(rds/bac)