kamplengan kota

    Release time:2024-10-08 05:54:51    source:score808 world cup   

kamplengan kota,jp 368,kamplengan kota

Daftar Isi
  • 1. Rudal Hizbullah Capai Tel Aviv.
  • 2. PBB Warning
  • 3. Lebanon Minta Bantuan AS
  • 4. Ramai Negara Imbau Warganya Tinggalkan Lebanon
  • 5. Serang Lebanon-Hizbullah, Begini Proyeksi Ekonomi Israel
  • 6. Israel Tetapkan Keadaan Darurat di Seluruh Negeri
  • 7. RI kutuk serangan Israel ke Lebanon.

Jakarta, CNBC Indonesia- Pertempuran antara Lebanon dan milisi bersenjata negara itu, Hizbullah, dengan Israel sudah mulai menyala pada Senin (23/9/2024). Di hari itu, Israel melancarkan serangan udara di perbatasan Lebanon, menewaskan 558 orang.

Hal ini menyusul insiden di mana pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh Hizbullah meledak, menewaskan 39 orang, serta serangan roket selama berbulan-bulan oleh kelompok milisi Lebanon itu terhadap permukiman Israel.

Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, Rabu (25/9/2024):

Baca:
Bukti China Jajah Dunia, 5 Barang Ini Ada di Mana-mana

1. Rudal Hizbullah Capai Tel Aviv.

Untuk pertama kalinya, sebuah rudal yang diluncurkan oleh Hizbullah mencapai wilayah Tel Aviv sebelum berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh pihak militer Israel, Rabu (25/9/2024).

"Ini adalah pertama kalinya rudal Hizbullah mencapai wilayah Tel Aviv. Misil tersebut berhasil dicegat oleh IDF (Pasukan Pertahanan Israel)," kata juru bicara militer Israel kepada AFP.

Dalam pengarahan terpisah, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, juru bicara militer Israel, menyebut bahwa peluncuran rudal permukaan-ke-permukaan ini merupakan "eskalasi" dari pihak Hizbullah.

"Hizbullah jelas berusaha meningkatkan eskalasi situasi... dan ini hanyalah bagian dari upaya tersebut," ujar Shoshani. Dia menambahkan bahwa kelompok tersebut "berusaha meneror semakin banyak orang."

Sebagai respons terhadap serangan itu, militer Israel melaporkan bahwa mereka telah menyerang peluncur yang digunakan untuk menembakkan misil tersebut di wilayah Nafakhiyeh, selatan Lebanon.

2. PBB Warning

Serangan terbaru Israel terhadap Hizbullah ini memicu kekhawatiran bahwa konflik hampir setahun antara Israel dan Hamas di Gaza dapat memperburuk situasi di Timur Tengah. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu pada Rabu (25/9/2024) untuk membahas eskalasi konflik ini.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan bahwa Lebanon berada di ambang krisis besar.

"Lebanon berada di ujung jurang. Orang-orang Lebanon - orang-orang Israel - dan orang-orang di seluruh dunia - tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi Gaza berikutnya," kata Guterres.

Sementara itu, di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berusaha meredakan ketegangan di Timur Tengah. "Perang skala penuh tidak menguntungkan siapa pun. Meskipun situasi telah meningkat, solusi diplomatik masih mungkin," ujarnya di hadapan Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara.

3. Lebanon Minta Bantuan AS

Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib menyatakan bahwa pidato Biden di PBB "tidak cukup kuat dan tidak menjanjikan," namun mengakui bahwa AS adalah satu-satunya negara yang dapat membuat perbedaan nyata di Timur Tengah. "Amerika Serikat adalah kunci... untuk keselamatan kami," katanya dalam sebuah acara di New York yang diselenggarakan oleh Carnegie Endowment for International Peace.

Diperkirakan setengah juta orang telah telantar di Lebanon akibat konflik ini. Bou Habib juga mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Lebanon berencana untuk bertemu dengan pejabat AS dalam beberapa hari mendatang untuk membahas situasi tersebut.

AS telah bekerja sama dengan mediator lainnya, termasuk Qatar dan Mesir, dalam upaya yang sejauh ini belum berhasil untuk menegosiasikan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, sekutu Hizbullah.

4. Ramai Negara Imbau Warganya Tinggalkan Lebanon

Sejumlah meminta warganya untuk meninggalkan wilayah Lebanon dan Israel secepatnya. Hal ini disebabkan eskalasi antara kedua pihak.

Pemerintah China telah mendesak warganya di Israel untuk meninggalkan negara itu "secepat mungkin", karena meningkatnya ketegangan antara Israel dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah.

"Saat ini, situasi di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon sangat tegang, dengan konflik militer yang sering terjadi," kata kedutaan besar China di Israel dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Arabiya.

"Situasi keamanan di Israel tetap parah, rumit, dan tidak dapat diprediksi," tambah pernyataan itu. Kedutaan mendesak warga China di Israel untuk "pulang ke rumah atau pindah ke daerah yang lebih aman sesegera mungkin."

Kantor Luar Negeri Inggris juga meminta warganya untuk meninggalkan Lebanon dan juga menyarankan agar tidak bepergian ke negara itu. Kantor tersebut juga mengumumkan pengerahan pasukan Inggris ke Siprus.

"Sekitar 700 pasukan Inggris akan dipindahkan ke Siprus dalam beberapa jam mendatang, karena Pemerintah terus mempersiapkan rencana daruratnya menyusul eskalasi signifikan antara Israel dan Lebanon dalam beberapa hari terakhir," kata kantor luar negeri, seperti dikutip Middle East Eye.

Pemerintah Kanada menyarankan warganya di Lebanon untuk segera pergi saat penerbangan masih tersedia di tengah meningkatnya kekerasan antara Israel dan Hizbullah.

Ketika ditanya tentang meningkatnya tingkat risiko dan peringatan perjalanan terbaru, Global Affairs Canada mengatakan saat ini pihaknya tidak menawarkan bantuan kepada warga Kanada di Lebanon untuk meninggalkan negara tersebut.

"Evakuasi yang dibantu pemerintah dari negara asing merupakan pilihan terakhir, ketika semua sarana transportasi pribadi dan komersial telah habis, dan keselamatan serta keamanan warganya terancam," tulis juru bicara Global Affairs Canada Kevin Sweet, seperti dikutip CTV News.

Departemen Luar Negeri AS pekan lalu telah mendesak warga Amerika di Lebanon untuk meninggalkan negara itu sementara pilihan komersial masih tersedia akibat berkobarnya konflik antara Israel dan Hizbullah.

"Karena sifat konflik yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan Israel yang tidak dapat diprediksi dan ledakan baru-baru ini di seluruh Lebanon, termasuk Beirut, Kedutaan Besar AS mendesak warga AS untuk meninggalkan Lebanon sementara pilihan komersial masih tersedia," kata Departemen Luar Negeri dalam nasihat terbarunya, seperti dikutip Arab News.

"Saat ini, penerbangan komersial tersedia, tetapi dengan kapasitas yang dikurangi. Jika situasi keamanan memburuk, pilihan komersial untuk berangkat mungkin tidak tersedia," tambahnya.

Pada akhir Juli, Amerika Serikat menaikkan nasihat perjalanannya ke Lebanon ke klasifikasi tertinggi "jangan bepergian", setelah serangan di Beirut selatan menewaskan seorang komandan tinggi Hizbullah.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beirut meminta WNI agar menunda perjalanan ke Lebanon, Iran, Israel, dan Palestina.

"Bagi WNI yg memiliki rencana bepergian ke Lebanon, Iran, Israel dan Palestina agar menunda perjalanan hingga situasi aman," kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan singkatnya yang diterima di Jakarta, Selasa.

Judha mengatakan sejak Agustus 2024, KBRI Beirut telah meningkatkan status menjadi Siaga 1 untuk seluruh Lebanon. Sebelumnya, Siaga 1 ditetapkan KBRI untuk wilayah Lebanon selatan sejak Oktober 2023.

5. Serang Lebanon-Hizbullah, Begini Proyeksi Ekonomi Israel

Kondisi ekonomi Israel diramalkan akan memburuk dengan serangan negara itu ke Lebanon. Pasalnya, aliran dana yang keluar dari Israel terus mengalami penambahan. Antara bulan Mei dan Juli, aliran dana keluar dari bank-bank Israel ke lembaga-lembaga asing meningkat dua kali lipat daripada periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 2 miliar (Rp 30 triliun).

Hal ini pun membuat pembuat kebijakan ekonomi negara itu lebih khawatir. Pasalnya, setiap ekonomi masuk pada masa perang, pemerintah harus mendanai angkatan bersenjatanya, sering kali melalui pengeluaran defisit, sambil memastikannya tetap cukup kuat untuk melunasi utangnya saat perdamaian tiba.

Pemerintah Israel tidak membantu keadaan. Pada bulan Maret, ketika angkatan bersenjata berharap gencatan senjata pada bulan Juli, para jenderal memperkirakan mereka akan membutuhkan 60 miliar shekel (Rp 241 triliun), atau 3% dari PDB nasional. Namun saat ini pertempuran terus berkecamuk, yang memicu perkiraan defisit.

Lembaga pemeringkat juga mulai gelisah. Fitch dan Moody's mengatakan bahwa mereka mungkin akan menurunkan peringkat Israel lagi setelah melakukannya sekali tahun ini.

"Defisit sekarang diperkirakan mencapai 8,1% dari PDB tahun ini, hampir tiga kali lipat dari yang diantisipasi sebelum perang. Dengan permusuhan yang akan menyebar lebih jauh, kemungkinan akan semakin melebar," tulis media ekonomi, The Economist, Rabu (25/9/2024).

Persoalan juga timbul dari Menteri Keuangan Israel saat ini Bezalel Smotrich, figur sayap kanan yang juga seorang pemukim Tepi Barat. Pihaknya diketahui belum bertekad untuk menghentikan peperangan. '

"Ia juga menolak untuk mengambil langkah-langkah lain untuk mengendalikan defisit, baik dengan memangkas pengeluaran di tempat lain atau menaikkan pajak," tambah The Economist.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan Israel juga mendapatkan tekanan yang kuat. Hal ini dari segi ketenagakerjaan, di mana banyak warga Israel yang ditugaskan untuk bergabung ke medan perang sementara sekitar 80.000 pekerja Palestina ditolak izin kerjanya di Israel.

Sejumlah industri yang mengaku menderita tekanan berat adalah konstruksi. Industri ini menyusut 40% bila dibandingkan dengan periode sebelum perang. Jika skala serangan Hizbullah meningkat, kekurangan pekerja konstruksi akan menjadi masalah yang lebih besar.

Baca:
Singgung Lebanon, Jokowi Bingung Masih ada Perang di Zaman Modern

6. Israel Tetapkan Keadaan Darurat di Seluruh Negeri

Pemerintah Israel telah mengumumkan keadaan darurat nasional hingga 30 September di tengah meningkatnya serangan terhadap Lebanon dan kemungkinan perluasan serangan roket Hizbullah ke Israel.

Langkah ini diputuskan setelah meningkatnya ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon, menyusul serangan udara yang menargetkan komandan militer senior Hizbullah.

Menurut laporan harian Israel, Yedioth Ahronoth, para menteri kabinet Israel sepakat untuk mendeklarasikan "situasi khusus di front dalam negeri" di seluruh wilayah Israel. Pemungutan suara dilakukan melalui telepon, berdasarkan usulan dari Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.

Harian Haaretz menjelaskan bahwa di bawah deklarasi ini, militer Israel diberikan wewenang untuk mengeluarkan instruksi kepada publik, termasuk melarang pertemuan, membatasi aktivitas belajar, serta memberikan instruksi tambahan yang dianggap penting untuk menyelamatkan nyawa.

Keputusan darurat ini diumumkan setelah upaya pembunuhan komandan militer Hizbullah, Ali Karaki, dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut. Sumber militer Israel mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menargetkan Karaki, meskipun belum ada informasi lebih lanjut tentang nasibnya.

7. RI kutuk serangan Israel ke Lebanon.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengutuk rangkaian serangan Israel kepada Lebanon. Serangan itu mengakibatkan ratusan warga Lebanon tewas dan terluka.

"Ya Indonesia mengutuk keras serangan Israel ke Lebanon," kata Jokowi usai seremoni groundbreaking Delonix Nusantara di Ibu Kota Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur, Rabu (25/9/2024).

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengajak seluruh negara dan PBB untuk memberikan respons cepat.

"Agar tidak semakin banyak korban lagi yang terjadi atas serangan-serangan Israel. Saya rasa itu," ujar Jokowi.


(tps/mij) Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Menggila di Lebanon Hingga Waspada Bencana di RI

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Jokowi Ungkap Kacaunya Dunia: Bumi Panas, Perang, Banyak Negara Krisis