live chat idcash88

    Release time:2024-10-08 01:47:04    source:erek erek capung   

live chat idcash88,angka togel 33,live chat idcash88

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk merekomendasikan penggunaan kekuatan jika Dewan Keamanan (DK) lembaga itu gagal dalam menghentikan serangan Israel di Gaza dan Lebanon. Hal ini terjadi saat Israel masih terus menyerbu dua wilayah tersebut.

Dalam pidato Senin (30/9/2024), Erdogan menegaskan Turki, anggota NATO, mengecam serangan Israel yang menghancurkan di Gaza terhadap kelompok milisi Palestina Hamas. Ankara juga mengutuk serangan terbarunya di Lebanon yang menargetkan milisi Hizbullah.

"Majelis Umum PBB harus segera menerapkan kewenangan untuk merekomendasikan penggunaan kekuatan, seperti yang dilakukan dengan resolusi Bersatu untuk Perdamaian tahun 1950, jika DK tidak dapat menunjukkan kemauan yang diperlukan," kata Erdogan seperti dikutip Reuters.

Baca:
Israel Siapkan Serangan Besar, Pasukan Lebanon Mundur dari Perbatasan

Resolusi tersebut mengatakan Majelis Umum PBB dapat turun tangan jika ada ketidaksepakatan di antara lima negara pemegang hak veto permanen DK yakni Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat (AS). DK adalah satu-satunya badan PBB yang biasanya dapat membuat keputusan yang mengikat secara hukum, seperti mengizinkan penggunaan kekuatan dan menjatuhkan sanksi.

PBB sendiri telah dikerahkan untuk berpatroli di perbatasan selatan Lebanon dengan Israel pada tahun 1978 setelah Israel menginvasi Lebanon Selatan. Mandat untuk operasi tersebut, yang dikenal sebagai Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau UNIFIL, diperbarui setiap tahun oleh DK PBB yang beranggotakan 15 negara .

Setelah perang selama sebulan antara Israel dan militan Lebanon Hizbullah pada tahun 2006, mandat untuk UNIFIL diperluas ketika dewan mengadopsi resolusi 1701. Mereka intens berjaga di wilayah yang disebut Garis Biru.

Garis Biru sendiri merupakan garis yang dipetakan PBB yang memisahkan Lebanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Pasukan Israel mundur ke Garis Biru ketika mereka meninggalkan Lebanon selatan pada tahun 2000.

Baca:
AS Ungkap Israel Telah Memulai Invasi Darat di Lebanon, Ini Sasarannya

Dalam aturannya, setiap penyeberangan Garis Biru yang tidak sah melalui darat atau udara dari sisi manapun merupakan pelanggaran resolusi DK nomor 1701.

"Setiap kali terjadi insiden, UNIFIL segera mengerahkan pasukan tambahan ke lokasi tersebut jika diperlukan untuk menghindari konflik langsung antara kedua belah pihak dan untuk memastikan bahwa situasi terkendali," menurut situs web UNIFIL.

Meski terdapat aturan yang jelas, laporan pada November 2022 yang diterima DK PBB menyebutkan bahwa "pemeliharaan senjata ilegal yang diakui secara terus-menerus di luar kendali negara" oleh Hizbullah dan kelompok bersenjata lainnya merupakan "pelanggaran serius yang terus-menerus."

Laporan yang sama juga mengatakan "pelanggaran berkelanjutan terhadap wilayah udara Lebanon oleh pesawat Israel dan kendaraan udara tak berawak masih menjadi perhatian yang mendalam."


(luc/luc) Saksikan video di bawah ini:

Video: PBB Sebut Nasib Lebanon Berisiko Seperti Gaza

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Erdogan Ngamuk, Turki Hentikan Semua Perdagangan dengan Israel